Wednesday, July 18, 2007
NOAH'S ARC
Meski masih kalah terbuka dengan di beberapa negara Eropa, namun kehidupan kaum Gay, Lesbian, Biseksual dan Transgender (GLBT) di negara Paman Sam sudah cukup maju dan bisa diterima oleh masyarakat Amerika Serikat, khususnya yang tinggal di kawasan perkotaan. Melihat kecenderungan tersebut, maka diluncurkanlah sebuah stasiun televisi berlangganan yang khusus ditujukan bagi kaum GLBT tersebut sebagai sarana mereka untuk berekspresi sekaligus mencari bentuk hiburan yang lebih dekat dengan kehidupan mereka. Saluran khusus yang didirikan pada pertengahan 2005 ini bernama LOGO dan berada di bawah MTV Networks.

Namanya juga saluran khusus GLBT, maka acara-acara dan serial yang ditayangkannya pun semuanya bertemakan GLBTl, seperti salah satu serial televisi andalan mereka tentang kehidupan gay, Noah’s Arc, yang pertama kali mengudara kepada pemirsa Amerika pada tanggal 19 Oktober 2005.

Bersetting di kota Los Angeles, drama komedi (atau biasa disebut dramedy) berdurasi 30 menit ini mengikuti perjalanan hidup sekelompok lelaki kulit hitam yang mendiami sebuah kawasan pinggiran di West Hollywood. Karakter-karakter dalam serial yang disutradarai oleh Patrik-Ian Polk ini antara lain Noah (Darryl Stephens), seorang penulis naskah yang jatuh cinta pada sahabat heteroseksualnya, Wade (Jensen Atwood). Sedangkan sahabat-sahabat Noah lainnya adalah Ricky (Christian Vincent), pemilik butik yang amat genit; Alex (Rodney Chester) yang berwatak keras dan sedang menjalin hubungan dengan si tampan Trey (Gregory Keith); serta Chance (Doug Spearman), yang baru saja memutuskan untuk pindah serumah dengan pasangannya, Eddie (Jonathan Julian) serta putri Eddie.

Telah dua musim Noah’s Arc ditayangkan (musim pertama dibuat di Los Angeles, Amerika Serikat dan musim kedua diproduksi di Vancouver, Kanada) dan makin banyak saja penonton yang terpikat. Semenjak pertama kali ditayangkan, serial ini dengan cepat menarik perhatian banyak orang, khususnya kaum homoseksual dan menjadi sebuah fenomena tersendiri dalam komunitas GLBT. Hal ini tak lain karena apa yang digambarkan dalam serial ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kaum GLBT di Amerika, kaum yang selama ini jarang terwakili dan tergambarkan dengan benar di media. Bahkan baru beberapa episode awal saja fan base-fan base Noah’s Arc langsung terbentuk. Kebanyakan anggota fan base ini adalah pria gay kulit hitam, yang notabene mereka nyaris tak pernah terwakili di televisi Amerika.

Meski saat ini di Amerika serial yang telah mengakhiri musim kedua ini sedang mengalami istirahat, tapi tampaknya produksi untuk mengangkat Noah’s Arc ke layar lebar masih terus berjalan. Menurut rencana, Noah’s Arc versi layar lebar akan tayang di bioskop sekitar awal tahun 2008 mendatang.

Labels:

 
posted by Ronn at 2:20 AM | Permalink | 1 comments
Monday, July 2, 2007
THE 4400
Bayangkan jika segala sesuatu yang anda cintai dan anda miliki hilang direnggut tanpa anda sendiri sadari, apa yang akan anda lakukan? Hal itulah yang melatarbelakangi Scott Peters dan René Echevarria dalam menciptakan serial sains fiksi misteri berjudul The 4400.

Dalam episode awal dikisahkan sebuah benda langit besar menyerupai meteor dating menghampiri bumi. Anehnya, semakin dekat dengan permukaan bumi meteor tersebut semakin melambat. Karena tidak terlihat membahayakan, maka beberapa orang yang tertarik pun berniat “menyambut” meteor tersebut yang diperkirakan akan jatuh di kawasan Cascade Range di kaki Gunung Rainier, negara bagian Washington.

Saat hampir menyentuh Bumi, orang-orang itu lantas dikejutkan oleh sebuah kilatan cahaya yang amat menyilaukan yang muncul dari meteor tersebut. Dalam sekejap setelah kemunculan cahaya tersebut, tiba-tiba secara ajaib meteor itu menghilang dan hanya menyisakan kabut tebal. Begitu kabut itu tersibak, seluruh warga pun terhenyak melihat satu-persatu manusia bermunculan dari dalam kabut tersebut dan tampak sangat kebingungan.

Pemerintah setempat pun akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan dan mengkarantina ke-4400 orang yang muncul dari langit tersebut. Belakangan diketahui bahwa ke-4400 orang tersebut adalah orang-orang yang diculik dalam periode 100 tahun terakhir. Baik pemerintah federal maupun para korban tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka. Dianggap tidak membahayakan, maka mereka pun dibebaskan dari karantina untuk kembali ke rumah masing-masing.

Apa yang terjadi kemudian amatlah tragis. Ternyata apa yang ditinggalkan oleh 4400 orang itu tidaklah sama dengan saat mereka tinggalkan. Ada yang sudah tidak kenal siapa-siapa, ada yang keluarganya telah meninggal, dan ada juga yang suaminya telah menikah kembali. Dalam kebimbangan itu mereka mencoba menyusun kembali hidup mereka ditengah tatapan aneh para warga kota.

Di lain pihak, pemerintah yang masih belum bisa menjelaskan fenomena aneh ini tidak melepas mereka begitu saja, apalagi setelah diketahui kalau mereka yang kembali ternyata dianugerahi dengan kekuatan supranatural seperti kemampuan menyembuhkan penyakit dan meramal masa depan. Maka, mereka mengutus dua orang agen untuk mengawasi para korban penculikan ini. Keduan agen tersebut adalah agen Tom Baldwin (Joel Gretsch) dan agen Diana Skouris (Jacqueline McKenzie), yang selintas mengingatkan kita akan duo agen Mulder dan Scully dalam serial lawas, The X-Files.

Apakah mereka akan mengawasi keseluruhan 4400 orang? Tentu tidak, karena itu akan menghabiskan puluhan musim tayang. Hanya beberapa orang dengan latar belakang menarik saja yang akan banyak diceritakan disini, diantaranya adalah Maia (Conchita Campbell) dan Shawn (Patrick Flueger).

Penyelidikan Tom dan Diana lambat laun menyeret mereka lebih jauh dalam kasus ini, sehingga mereka menganggap fenomena ini kian personal. Setelah banyak keluarga menolak mengadopsinya karena mengetahui kemampuannya membaca masa depan, akhirnya Maia, seorang gadis cilik yang menghilang puluhan tahun yang lalu, diasuh langsung oleh Diana. Sedangkan bagi Tom, kasus ini menjadi urusan pribadi karena salah satu dari ke-4400 orang yang kembali adalah Shawn, keponakannya yang hilang beberapa tahun lalu saat sedang bermain dengan putra Tom, Kyle (Chad Faust). Perlu diketahui bahwa disaat yang bersamaan dengan hilangnya Shawn, putra Tom ditemukan terbaring koma hingga detik ini. Oleh karena itu, Tom menjadi salah satu orang yang merasa paling berkepentingan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Selain tokoh-tokoh diatas, masih ada karakter menarik lainnya seperti Richard (Mahershala Karin-Ali) dan Lily (Laura Allen). Setelah mengetahui bahwa tak satupun orang yang dikenalnya tersisa di masa kini, pria kulit hitam ini pun menjadi amat terpukul. Satu-satunya yang bisa menyenangkan hatinya adalah seorang gadis kulit putih bernama Lily. Dan hubungan mereka menjadi makin dekat saat Richard mengetahui bahwa Lily adalah cucu dari wanita yang dikencaninya di hari ia diculik.

Tampaknya Scott dan Renee sengaja memberi lebih banyak sumpalan drama dalam sains fiksi ini untuk membedakannya dengan The X-Files. Karena jujur saja, menyaksikan serial ini seolah-olah kita dibawa kembali ke era saat The X-Files masih berjaya. Namun beragamnya karakter dan latar belakang yang menyertainya membuat serial ini tidak membosankan utuk diikuti. Jadi, walaupun sempat diragukan kelangsungannya akibat akhir musim pertama yang dianggap mengecewakan, terbukti kini di Amerika serial ini berhasil berlanjut hingga memasuki musim tayang keempat.

Labels:

 
posted by Ronn at 12:41 AM | Permalink | 1 comments